PUBLIKSATU, BAUBAU – Gelombang protes terhadap rencana betonisasi Baruga Benteng Keraton Wolio berkonstruksi beton belum mereda. Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse banyak menerima aspirasi penolakan atas desain revitalisasi baruga yang ditawarkan Pemprov Sultra itu.
Bahkan, dua lembaga sudah datang menyampaikan langsung kegelisahannya itu ke Rumah Jabatan (Rujab) Wali Kota Baubau, Selasa (14/3). Salah satu diantaranya adalah Tetua Adat Kerapatan Keluarga Wajo Serumpun (KKWS).
“Komunitas-komunitas pemerhati yang menyampaikan secara resmi baru dua. Tapi yang melalui media, telepon, video, dan disampaikan langsung kepada kami, itu sudah banyak. Pada prinsipnya mereka pro pada pemugaran (baruga), tetapi bukan betonisasi,” ungkap Monianse dikonfirmasi usai melayani kunjungan KKWS.
Politisi PDIP ini mengaku sudah menampung dan menerima semua aspirasi terkait proyek revitalisasi Baruga Keraton Wolio yang dibiayai pemerintah pusat tersebut. “Insyaallah, kami akan sampaikan ke instansi-instansi yang akan mengambil keputusan lebih lanjut,” ujarnya.
Pun, dirinya secara pribadi juga tidak setuju dengan betonisasi balai pertemuan tradisional itu. Alasannya, bangunan yang didominasi material beton di kawasan Benteng Wolio-Buton bertentangan dengan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 179/2022.
“Dan Perwali itu merujuk pada peraturan perundang-undangan di atasnya. Secara pribadi saya tidak setuju (betonisasi) saya harus kembali kepada sistem yang benar,” jelas mantan Direktur PDAM Wakatobi ini.
Lebih jauh, menurut dia, betonisasi baruga juga berpotensi mengganjal upaya memperoleh pengakuan terhadap kawasan Benteng Wolio-Buton sebagai world heritage atau warisan dunia dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
“Karena tim asesmen saat itu sudah mewanti-wanti bahwa kalau memang ada keinginan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi menjadi warisan dunia, maka kami harus lebih berhati-hati menata benteng keraton,” tandasnya.
Sebagimana diketahui, pasca kunjungan Presiden Joko Widodo di Baubau tahun lalu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalokasikan anggaran revitalisasi Baruga Keraton Wolio sekira Rp 18 miliar. Rencananya, Pemprov Sultra merealisasikan proyek tersebut tahun 2023 ini.
“(Desainnya) beton. Di Inggris sana semua beton, makanya bisa dirawat. Inggris itu pusat peradaban kerajaan paling tua,” ujar Gubernur Sultra, Ali Mazi dikonfirmasi di kompleks Baruga Benteng Wolio, Kamis (9/3) lalu.
Kata dia, salah satu alasan betonisasi bangunan bersejarah itu karena kayu berkualitas tinggi juga sudah sulit ditemukan. Kendati begitu, revitalisasi tidak akan mengesampingkan ciri khas asli budaya Buton, salah satunya ditopang oleh empat pilar yang memiliki filosofi sebagai kekuatan.
“Karena kalau (bahan) kayu, salah-salah kayunya bukan jati yang sudah tua dan sekarang juga susah (didapat). Kalau ada ya kita cari, tapi kita mau cari dimana, jati semua sudah rata dengan tanah,” kata Gubernur Sultra dua periode ini.
Redaktur: Texandi