PUBLIKSATU.MUBAR-Hasil pendataan tim enumerator dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang menempatkan Kabupaten Muna Barat (Mubar) sebagai salah satu daerah yang penderita gejala stunting terbanyak di Indonesia, membuat Pj. Bupati Mubar, Dr. Bahri merasa tidak tenang.
Pria kelahiran Kasipute ini langsung bergerak cepat mencari solusi menekan angka gejala penderita stunting. Seluruh jajaran pemerintah mulai dari tingkat desa sampai kabupaten diberi arahan untuk memberikan tindakan atas kasus tersebut.
Bahkan ia tak segan-segan ke rumah-rumah warga guna memastikan hasil survei yang disampaikan tim enumerator SSGI. Salah satunya rumah seorang warga di Desa Lapilea dan Matakidi, Kecamatan Barangka.
Namun saat dilakukan pemeriksaan pada dua orang anak, tidak ditemukan gejala penderita stunting. Berdasarkan realis SSGI sampel potensi stunting empat desa di Kecamatan Barangka berjumlah 40 orang.
“Setelah kita lakukan pengecekan untuk memastikan gejala stunting berdasarkan data dari SSGI, hasilnya tidak ditemukan gejala penyakit itu. Jadi bisa kita simpulkan Kecamatan Barangka bebas dari kasus gejala stunting,” ungkapnya.
Data SSGI, gejala stunting di Mubar mencapai 31,7 persen. Artinya berada di atas rata-rata nasional total 21,6 persen. Menurut Dr. Bahri dalam konteks penanganan stunting ada dua data yaitu 31,7 persen dari data hasil SSGI yang ditetapkan Kemenkes dengan sampel dari provinsi 10 Kartu Keluarga di 52 desa.
“Tetapi berdasarkan data laporan stunting yang disampaikan oleh kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan, jumlah stunting di Mubar sampai per Desember 2022 lalu hanya tercatat 150 orang,” sebutnya.
Pemkab Mubar masih terus berupaya melakukan upaya pencegahan stunting. Sehingga sampai Februari 2023 ini setelah validasi Puskesmas tersisa 63 orang. Data tersebut sudah terkoneksi antara pemerintah desa dengan pihak Dinas Kesehatan.
“Mengenai penanganan kasus saya telah membagi seluruh jajaran pemerintah desa, kecamatan, dan Puskemas agar mengintervensi langsung penangan stunting dari masa remaja, menikah, hamil, sampai melahirkan,” ujarnya.
Bahri bertekad akan menyapu bersih gejala maupun penderita stunting di Mubar. Ia akan melakukan pergeseran anggaran APBD sekitar Rp 300 juta guna memberi asupan tambahan bagi penderita stunting.
“Saya juga akan membetuk tim khusus penanganan stunting dengan menunjuk seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) sebagai bapak asuh bagi penderita stunting di Mubar,” tuturnya.
Ia meminta kepada seluruh Puskemas maupun pemerintah serta masyarakat untuk memberikan informasi jika ada gejala stunting diwilayah masing-masing. Dirinya juga akan selalu turun dilapangan guna mengecek perkembangan kasus stunting tersebut.
“Saya sengaja mengecek langsung kondisi dilapangan. Memastikan kondisi rumah, sanitasi, dan jamban, bagi warga yang terkena gejala stunting. Kalau dia ada penderita stunting, maka rumahnya akan dibedah, dibangunkan sanitasi maupun jamban. Pastinya kita akan sevis full mereka,” tutupnya.(p5)