BAUBAU – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) Kota Baubau sukses membudidayakan buah naga. Wali Kota La Ode Ahmad Monianse ikut memanen buah itu, Senin (19/9).
Monianse tidak sekadar memetik hasil tanaman jenis kaktus tersebut. Politisi PDIP ini juga mencicipi langsung buah naga di kebun yang berlokasi di areal kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Betoambari lingkungan Batumaali Kelurahan Baadia Kecamatan Murhum itu.
Prolog dari pemandu acara sempat menggambarkan kondisi awal daerah itu. Sebelum ditanami buah naga, lahan dibilang kritis dan terlihat susah produktif. Komposisinya didominasi batu sekitar 70 persen, sisanya tanah. Kini, anggapan pesimis itu mulai lenyap. Bukan hanya buah, naga, lokasi ini bahkan dijadikan tempat penangkaran jeruk Siompu.
“Keberhasilan ini baru sebatas untuk diri kita sendiri. Untuk itu, dari sini nanti akan direplikasi ke kebun-kebun warga. Masyarakat bisa meminta penyuluh-penyuluh pertanian agar mengajarkan cara memelihara, memilih bibit, menabur pupuk sampai teknik panen,” kata Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad dikonfirmasi awak media.
Dia juga mendorong Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis untuk menjajaki kerja sama dengan daerah lain dalam hal pemenuhan kebutuhan. Sebab, setiap daerah diyakini memiliki potensi sumber daya pertanian yang berbeda-beda.
“Sehingga inflasi bisa terkendali. Sebab inflasi itu dikhawatirkan terjadi apabila ketersediaan barang kurang. Kalau persediaan barang tidak terganggu, maka dengan sendirinya harga itu stabil,” tutur mantan Anggota DPRD Baubau ini.
Sementara itu, Kepala Dispertan Baubau, Muhamad Rais mengatakan, eksperimen penanaman buah naga di lokasi tersebut sudah dilakukan tiga kali. Pertama menghasilkan rata-rata 20 buah per pohon, kedua 40 buah per pohon, dan terakhir mencapai 70 buah per pohon.
“Sekarang ini ada 220 pohon dengan luas tanah tidak sampai satu hektar. Jadi ini luar biasa. Kalau sekali panen bersamaan misalnya rata-rata 30 buah berarti hasilnya bisa lebih 6.000 buah. Apalagi kalau lahannya satu hektar, itu bisa ditanami 800 pohon, hasilnya juga kan ngeri,” jelas Rais.
Ia menerangkan, berdasarkan uji coba penanaman dengan konsentrasi pupuk organik, buah naga sudah mulai produksi enam bulan pasca tanam. Pun, masa produktifnya itu ditaksir bisa mencapai 10 tahun lebih. “Kalau dipelihara bagus-bagus, maka tiap bulan berbuah terus,” imbuhnya.
Menurut dia, nilai ekonomi buah naga lumayan menjanjikan. Umumnya, dua buah memiliki berat rata-rata satu kilogram. Setiap kilogram dibanderol Rp 20 ribu – Rp 25 ribu. Sehingga, jika sekali panen 6.000 buah, maka bisa menghasilkan duit Rp 60 juta.
“Sampai hari ini pemasarannya belum sampai keluar karena sudah banyak yang kenal ini BPP. Sehingga warga bersama keluarganya sendiri datang di sini selfi, petik sendiri, timbang sendiri langsung bayar di tempat,” ulasnya.
Rais mengungkapkan, pihaknya juga siap membimbing warga yang ingin membuka lahan pertanian buah naga. BPP Betoambari akan memfasilitasi bibit dan media penamaan seperti lubang dan tiangnya. “Sekarang ini sudah banyak masyarakat yang antre minta dibimbing,” pungkasnya.(exa)