Catatan: Irwansyah Amunu

MUNTAH DARAH. Inilah yang memicu saya harus dilarikan ke RS Murhum untuk mendapatkan perawatan intensif.

Nyaris sepekan saya terbaring mendapatkan perawatan. Lambung susah diajak kompromi. Makanan ogah masuk. Bukan hanya nasi. Bubur pun sulit.

Jangankan makan, dengar kata makanan saja, perut saya langsung mual. Seolah sensor motorik otak saya bermusuhan dengan kata itu.
Inilah yang membuat saya tertahan di RS.

Alhamdulillah ada cairan infus yang membantu. Itulah yang menyuplai nutrisi sebagai logistik dalam tubuh.

Karena masih lemas, akhirnya dokter melakukan pemeriksaan darah lengkap. Rupanya selain lambung, trombosit rendah, juga ada gejala tipes ringan. Terjawab sudah semua teka teki selama ini.

Selama dirawat, saya melihat dokter dan perawat menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Bahkan pernah saat saya melepas masker, dokter urung masuk. Nanti setelah masker saya kenakan, barulah dokter dan perawatnya melakukan pemeriksaan rutin.

Untuk satu hal ini, saya apresiasi sikap tegas pihak RS. Masa pandemi Covid-19, kita semua harus taat dengan protokol kesehatan. Apalagi wabah belum selesai.

Saat di RS, saya pun harus dilakukan rapid test. Alhamdulillah hasilnya non reaktif. Memang selama beraktivitas saya ketat dengan protokol kesehatan. Pakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan.

Kelihatan sepele. Namun gaya hidup itulah yang bisa menolong sejauh ini.

Ketika terbaring di RS, telinga saya sempat mendengar selentingan diskusi seorang dokter dengan tenaga perawat. Sang dokter menanyakan ihwal seorang pasien. Perawat menjawab pasiennya sudah keluar karena tidak mau dilakukan swab test.

Mendengar itu, saya mengurut dada. Keputusan yang diambil dokter untuk melakukan swab tentu ada dasarnya. Sudah banyak dokter dan tenaga kesehatan kita yang jadi korban Covid-19.

Lantas mengapa pasiennya tidak mau dirawat karena keputusan dokter tersebut? Entahlah. Yang jelas, tentu dia juga punya pertimbangan.

Namun saya doakan, semoga penyakit pasien tersebut sembuh.

Di tengah kondisi sakit, saya sempat mengontak kepala RSUD Baubau, dr Lukman SpPD. Rupanya TCM di RSUD sudah difungsikan untuk melakukan tes terhadap penderita Covid-19. Menurut saya ini suatu kemajuan.

Sayangnya hanya digunakan pada hari kerja. Karena untuk mengistirahatkan alat dan tenaga.

Lukman mengaku kalau mesin PCR RSUD sudah datang, pihaknya bisa realtime menegakkan diagnosis. Jadi bisa lebih cepat keputusannya. Dia pun mohon doa dan dukungan dari semua pihak untuk upaya perbaikan tersebut.

Saya katakan, insyaallah untuk kebaikan akan kami bantu sekuat tenaga. Sehat dan sukses selalu dok.

Semoga tidak ada lagi simalakama swab. Pasien cepat dilayani. Dokter, dan tenaga kesehatan (Nakes) bisa bertugas tanpa was-was.(Follow Instagram: @irwansyahamununews)