Catatan: Irwansyah Amunu
LAMA tak ke RSUD Baubau, Selasa (7/7) dengan berat hati akhirnya saya ke sana. Istri masih sakit.
Undangan ke Rumah Sehat dari Kadis Kesehatan Kota Baubau, Dr Wahyu belum saya penuhi. Malah yang terjadi saya ke Rumah Sakit. Hehehe.
Semuanya berubah. Biasanya mobil saya parkir di areal parkir dalam RSUD, sekarang tidak lagi. Pintu gerbang sudah terpasang portal. Saya memilih parkir di luar.
Masuk, disambut dengan pos penjagaan yang terbuat dari tenda kerucut. Ada security yang berjaga. Termasuk tenaga kesehatan (Nakes) yang memakai APD.
Ditanyakan, apakah warga Baubau atau bukan? Pasien rujukan atau bukan?
Setelah menjawab semuanya, saya disilahkan mencuci tangan. Memang sudah disiapkan dua wadah cuci tangan, lengkap dengan sabun cair.
Pilihan jatuh ke RSUD karena sebelumnya sudah ke dokter umum. Penyakit istri belum sembuh. Akhirnya dirujuk kesalah satu dokter spesialis.
Setelah cuci tangan, lanjut ke Nakes berikutnya yang terletak di dekat pintu masuk ruang administrasi. Tak ada tenda. Hanya ada meja, dan beberapa kursi.
Nakes ini juga mengenakan APD. Dia mengaku bertugas sejak pukul 08.00 hingga pukul 12.00 Wita.
Empat jam mengenakan APD? Setiap hari kerja? “Ya empat jam pak,” jawab wanita ini.
Dalam hati saya berujar,”Luar biasa.” Covid-19 merubah segalanya.
Sejumlah data dicatat. Selanjutnya masuk ke bangunan, didata lagi adminstrasi.
Mata saya sempat tertuju ke jam tangan yang menunjukkan sekitar pukul 10.00 Wita.
Saya dan istri duduk di ruang tunggu paling belakang. Beda dengan biasanya. Jam sepuluh sudah berjubel pasien. Bahkan kursi yang tersedia tak bisa menampung pasien dan pengantar. Hingga meluber ke luar.
Kali ini lengang. Banyak kursi kosong. Pasien dan pengantar bisa dihitung dengan jari.
Saya berasumsi menurunnya pasien bisa jadi karena pasien dari luar Baubau berkurang. RSUD Baubau menggunakan standar tinggi. Semua pasien dari luar Baubau wajib dilakukan rapid test. Sejalan dengan keterangan Jubir Satgas Covid-19 Kota Baubau, dr Lukman SpPD.
Sementara, pasien RSUD Baubau sekitar 80 persen dari luar Baubau. Akibatnya pasien menurun drastis. Lagi-lagi, Covid-19 merubah segalanya.
Menunggu sekitar satu jam, dokter spesialis tiba. Satu persatu pasien dipanggil. Saya perhatikan nama istri dipanggil keempat.
Dokter spesialis dan asistennya mengenakan APD level tiga. Pakai APD lengkap. Penutup kepala, pengaman muka, pengaman mata atau google, masker N95, cover all, sarung tangan bedah dan sepatu boots anti air.
Setelah menjalani perawatan, lanjut ke ruang laboratorium, dan apotek. Di apotek, dan laboratorium, pasien yang dilayani juga berkurang.
Biasanya antri berjam-jam di apotek, kali ini tidak. Saya hanya butuh waktu di bawah lima menit, resep sudah ada di tangan.
Nomor antrian yang diberikan seolah tak berguna. Sempat diberikan, namun ditarik kembali. Saya perhatikan tercatat nomor antri: 20.
Sebelum pukul 12.00 Wita, saya sudah meninggalkan RSUD. Walaupun harus balik kembali karena hasil laboratorium, diminta tunggu sejam.
Sayangnya, setelah hasil laboratorium di tangan, dokter sudah tidak berada di ruangan. Waktu belum menunjukkan pukul satu siang.
Insyaallah, Rabu (8/7) hasil laboratorium bisa diambil kembali untuk diserahkan ke dokter.
Covid-19 memang merubah segalanya. Pelayanan, pasien, Nakes, SOP, semuanya.(Follow Instagram: @irwansyahamunu)