BUTONPOS.COM, WAKATOBI – Sungguh besar cobaan hidup yang harus ditanggung bocah bernama Rivaldo (7). Karena penyakit kanker otak yang dideritanya sejak setahun yang lalu, ia kini terbaring tak berdaya di rumah kedua orang tuanya di Desa Kapota, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Lahir pada 15 Januari 2016, anak yang akrab di sapa La Edo ini merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan La Masiudin dan Wa Sutarni.

Pekerjaan sehari-hari sang ayahnya hanyalah buru pelabuhan dengan pendapatan secukupnya. Sementara ibunya hanyalah mengurus rumah tangga saja.

Meski demikian, keterbatasan ekonomi keluarga tidak membuat orang tuanya menyerah untuk mengobati sang buah hati. Berbagai cara telah ditempuh mulai dari pengobatan rumah sakit sampai dengan bantuan doa tetua kampung. Akan tetapi semuanya belum membuahkan hasil.

Bahkan menurut kisah ayah rivaldo, pada September 2016 yang lalu, ,karena RSUD Wakatobi minim alat dan keterbatasan tenaga kedokteran, ia merujuk anaknya ke rumah sakit Wahidin Makassar untuk mendapatkan penanganan yang lebih serius.

Untuk kesembuhan si buah hati, dengan berbekalkan BPJS, dirinya rela meminjam uang pada tetangga dan Kepala Desa. Tetapi, usaha tersebut belum membuahkan hasil. Sebab,  setelah keluar dari rumah sakit, menjelang akhir bulan penyakit Rivaldo kambuh lagi.

“Pernah berkurang karena dokter masukan selang yang disambung dari kepala sampai ke paru-paru untuk mengeluarkan cairan kepala. Tetapi setelah kita pulang dari Makasar, tidak lama sekitar bulan 10 kembali lagi penyakitnya itu,” kisah bapak La Edo pada awak media saat berkunjung ke rumahnya,” Jumat (14/7).

Diakui Ibu La Edo, meski telah berbekal BPJS, tetapi pihak keluarga tidak berani lagi membawa bocah yang masih duduk dibangku SD itu ke rumah sakit karena keterbatasan ekonominya. Belum lagi harus menanggung biaya makan sehari-hari dan 3 orang anaknya masih sekolah di bangku SMP dan SMA.

“Sebenarnya pengen membawa anak saya ke rumah sakit lagi. Hanya kita belum punya uang untuk biaya pengobatan,” keluh sang ibu.

Pantaun media ini, kini kondisi La Edo yang harusnya memperlihatkan keceriaan bersama teman-teman sebayanya, nampak kurus dan tidak punya daya sama sekali. Dan hanya memperoleh perawatan dari sang ibu sembari berjuang hidup untuk melewati penyakitnya dan menunggu rahmat dari sang pencipta. (p10)